1. Kehidupan Masyarakat India Pra-Buddha
Agama Buddha berasal dari India bagian utara diajarkan oleh Buddha Sakyamuni. Beliau juga dikenal dengan sebutan Buddha Gautama, Bhagava, Tathagata, Sugata, dan sebagainya. Pada masa kecil, Beliau adalah seorang pangeran, bernama Siddharta. Pangeran Siddharta dilahirkan pada tahun 623 sebelum Masehi, jadi sekitar 2600 tahun yang lalu.
Pandangan ini mendapat reaksi keras dari kaum materialis. Kaum materialis menganggap bahwa tidak ada jiwa yang kekal. Menurut kaum ini, jiwa tidak lain tidak bukan adalah badan jasmani itu sendiri. Setelah kematian, kehidupan manusia berakhir, tidak ada lagi kehidupan berikutnya. Kebahagiaan kekal itu tidak ada. Kebahagiaan hanya dapat diraih selagi hidup. Mereka yang mengikuti kaum materialis menjalani hidup bersenang-senang untuk menikmati kebahagiaan duniawi.
Perkembangan selanjutnya, masyarakat India mengenal tradisi pertapaan keras dari kaum Jaina. Kaum ini percaya bahwa setiap manusia sesungguhnya memiliki jiwa yang suci dan bersih dalam dirinya. Jiwa yang murni ini menjadi kotor karena perasaan-perasaan indera. Menurut kaum ini, kebahagiaan kekal dapat dicapai bila dapat membunuh perasaan-perasaan indera melalui cara-cara penyiksaan diri.
Kejadian di luar istana yang belum pernah ditemuinya selama hidup di
dalam istana: orang tua renta yang berjalan tergopoh-gopoh dengan
bantuan sebuah tongkat, orang sakit parah yang sedang merintih kesakitan
dalam pembaringan, orang mati yang diusung menuju tempat kremasi, dan
seorang pertapa suci yang sedang bermeditasi dengan heningnya; keempat
kejadian yang dijumpainya ini pada kesempatan berbeda, telah membuat
dirinya merenung dan terus merenung akan hidup ini: Mengapa harus ada
usia tua? Mengapa harus ada masa sakit? Mengapa harus ada kematian?
Mengapa harus ada penderitaan? Apa arti hidup ini? Dapatkah manusia
terbebas dari usia tua, sakit dan mati?2. Masa Kehidupan Sang Buddha
Pangeran Siddharta dilahirkan dalam sebuah keluarga kerajaan. Ayahnya adalah seorang raja yang memerintah di kota Kapilavasthu. Hidup dalam keluarga istana, sang pangeran bergelimangan dengan kesenangan-kesenangan duniawi.
Kehidupan dalam kebahagiaan duniawi sangat didambakan banyak orang.
Kekayaan yang berlimpah, kekuasaan yang tinggi, istri yang cantik, dan
segala kemewahan duniawi lainnya. Kehidupan yang serba berlebihan di
mana segala keinginan dapat terpenuhi ternyata tidak membuat sang
pangeran berbahagia. Setelah sekian lama menikmati kehidupan duniawi
yang menyenangkan dalam istana, suatu perjalanan keluar istana yang
untuk pertama kalinya dilakukan dalam masa hidupnya segera merubah
seluruh jalan hidupnya.
Demikianlah batinnya diliputi dengan segala pergolakan yang akhirnya
puncak pergolakan pada usia 29 tahun di mana Beliau memutuskan untuk
menjalani kehidupan suci, seperti halnya kejadian keempat yang telah
dilihatnya: seorang pertapa suci yang sedang tenang bermeditasi. Beliau
memutuskan untuk mengikuti jejaknya dalam menemukan jawaban atas semua
hal yang menyebabkan penderitaan manusia. Beliau bertekad untuk
menemukan obat penderitaan yang dapat membebaskan manusia dari
penderitaan karena usia tua, sakit dan mati. Masa ini disebut sebagai
Masa Pelepasan Agung.
Pangeran Siddharta dilahirkan dalam sebuah keluarga kerajaan. Ayahnya adalah seorang raja yang memerintah di kota Kapilavasthu. Hidup dalam keluarga istana, sang pangeran bergelimangan dengan kesenangan-kesenangan duniawi.